Senin, 27 Mei 2013

GELIAT ANGKUTAN BARANG


PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penyelenggara jasa angkutan kereta api di Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan dimana-mana. Apalagi kalau bukan karena berbagai perubahan yang dilakukan di ranah internalnya. Dimulai lewat berbagai inovasi dan pengembangan berbagai usahanya, PT KAI telah menorehkan berbagai prestasi dan penghargaan atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Angkutan penumpang yang merupakan salah satu core business PT KAI, menjadi salah satu sorotan masyarakat. Pasalnya, PT KAI telah berhasil mendisiplinkan masyarakat dalam bertransportasi kereta api, dan yang terpenting, telah berhasil ‘memanusiakan penumpang’. Dulu, kedua poin penting ini sangat sulit dicapai oleh PT KAI. Namun kini, melalui berbagai kebijakan terbaru, seperti sistem boarding, larangan merokok di dalam stasiun dan kereta api, serta ketentuan kapasitas 100% penumpang, telah mengubah deskripsi buruk perihal perkeretaapian di Indonesia. Namun, apakah bisnis PT KAI hanya seputar angkutan penumpang saja? Tentu saja tidak. Banyak potensi bisnis lain yang saat ini tengah mulai ‘digodok’ PT KAI agar kuantitas dan kualitasnya tidak kalah dengan bisnis angkutan penumpang.
Ya, setelah berhasil ‘merombak’ bisnis angkutan penumpang, khususnya angkutan kereta api jarak jauh, PT KAI kini mulai beralih untuk ‘merombak’ bisnis lain, yang salah satunya adalah angkutan barang. Siapa yang menyangka bahwa ternyata potensi angkutan barang ini sangat menggiurkan ketimbang angkutan penumpang. Selain karena kapasitas angkutnya yang lebih besar, angkutan barang juga memiliki pelanggan tersendiri yang setiap harinya sangat mengandalkan transportasi si ular besi ini.
Lantas, seperti apakah kondisi angkutan barang di PT KAI saat ini?
Potensi angkutan barang di PT KAI mulai dibangkitkan pada tahun 2009. Meski pada mulanya terdapat keraguan dan ketidakyakinan akan potensi angkutan barang, namun usaha untuk membangkitkan kembali sumber penghasilan PT KAI yang utama tersebut tetap dilakukan. Sebelum tahun 2009, saking lesunya kegiatan angkutan barang, hampir 3000 gerbong dan 100 lokomotif sudah dirucat dalam kurun waktu tahun 1998 hingga 2008, atau kurang lebih selama sepuluh tahun. Selain itu, emplasemen bongkar muat pun digunakan untuk kebutuhan lain selain angkutan barang. Yang lebih menyedihkan, kala itu PT KAI bahkan kurang memiliki kemampuan dalam mencari potensi angkutan barang, terlebih lagi dalam mencari pelanggan tetap angkutan barang.
Berdasarkan data, di tahun 2009 angkutan kontainer di Jawa hanya sekitar 500 Teus per minggu dan angkutan batubara sekitar 8-9 juta ton, di samping barang hantaran yang sangat rendah tarifnya. Total pendapatan angkutan barang saat itu hanya sekitar Rp. 1,6 Triliun.
Mulai saat itulah PT KAI mulai berinvestasi untuk membangkitkan dan memajukan usaha angkutan barang, yang salah satunya dengan pengadaan ratusan gerbong dan puluhan lokomotif serta pengembangan emplasemen bongkar muat barang. Setelah empat tahun berlalu, angkutan batubara di Divre 3 Sumatera Selatan sudah memiliki dua pelanggan swasta dan perusahaan batubara ternama, PT Bukit Asam, dengan total angkutan batubara tahun lalu sekitar 13-14 juta ton dan angkutan kontainer sekitar 3000 Teus. Selain itu, angkutan untuk barang hantaran pun naik hampir 25%, sehingga total pendapatan angkutan barang lebih dari Rp. 3 Triliun.
Setelah mulai menuai keberhasilan dalam bisnis angkutan barang tersebut, di tahun 2014/2015, PT KAI menargetkan total angkutan barang mencapai 25 juta ton, angkutan kontainer 6000 Teus per minggu, serta barang hantaran ditargetkan tumbuh sekitar 30% per tahun. Dan diharapkan, pendapatan dari angkutan barang tersebut mencapai Rp. 6 Triliun jika semua target tadi tercapai.
Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan mengatakan, “Tentunya semua mentalitas yang takut akan investasi sarana dan prasarana harus ditinggalkan.” Pernyataan tersebut tentu benar adanya. Jika menginginkan suatu perubahan untuk meningkatkan kualitas angkutan barang, rasa takut untuk berinvestasi harus disingkirkan. Justru sikap berani mengambil risiko dan mengupayakan segala macam usaha untuk mencapai keberhasilan dalam angkutan barang menjadi modal penting.
Terbukti, kini sumber pendapatan PT KAI yang utama justru berasal dari angkutan barang, bukan angkutan penumpang. Tengok saja bagaimana usaha yang dilakukan di PT KAI Divisi Regional (Divre) 3 Sumatera Selatan –yang menjadi daerah utama bisnis angkutan batubara- dalam meningkatkan pendapatan dari bisnis angkutan tersebut. Berbagai sarana dan prasarana kini tengah dibangun untuk mendukung peningkatan volume angkutan barang tersebut.
Ada lagi rencana lain dalam mengoptimalkan pendapatan dari angkutan barang yaitu angkutan hewan ternak. Bedanya, angkutan hewan ternak ini akan diselenggarakan di Pulau Jawa. Nantinya, kereta akan didesain sedemikian rupa untuk mengangkut hewan ternak seperti sapi dan kambing dari sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, untuk dipasok ke daerah di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai rencana pengadaan kereta pengangkut jewan ternak ini. Jika rencana tersebut benar-benar terealisasi, maka hal itu bisa menjadi tambahan pendapatan baru bagi PT KAI.
Ada lagi inovasi angkutan barang lain yang akan segera dilakukan oleh PT KAI, yaitu angkutan sepeda motor. Angkutan ini akan mulai dilakukan pada musim Angkutan Lebaran 2013 mendatang. Pada pelaksanaannya, angkutan sepeda motor akan mendapat PSO (Public Service Obligation) dari pemerintah senilai Rp. 172,648 miliar. Usulan PSO tersebut sudah disetujui oleh DPR pada November 2012 lalu. Diperkirakan, kemampuan kereta api untuk mengangkut sepeda motor pada masa angkutan Lebaran tahun 2013 itu mencapai 300.000 unit. Dengan ongkos hingga Rp. 280.000 per unit sepeda motor, pemudik selama ini enggan mengangkut sepeda motornya menggunakan kereta api karena dinilai terlalu mahal. Namun jika dengan PSO, paling tidak ongkos angkut sepeda motor tersebut menjadi Rp. 50.000 per unit.
Angkutan barang pada tahun 2013 ini memang akan menjadi prioritas kerja dalam operasi kereta api. Hal ini pun diamini pula oleh pemerintah yang dalam hal ini Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Pemerintah berharap pengangkutan barang melalui sarana kereta api menjadi prioritas utama. Bahkan dalam rencana Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2013 hal itu mulai dirintis dengan menambah KA khusus barang. “Kita sedang menyusun untuk mengubah haluan dan kita akan fokus ke angkutan barang,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Hanggoro Budi Wiryawan. Dalam Gapeka 2013 tersebut ada penambahan 49 KA khusus untuk barang, dengan lalu lintas operasi KA barang di lintas utara sebanyak 42 perjalananan. Sebelumnya, pada Gapeka 2011, lalu lintas angkutan barang di lintas utara hanya 20 perjalanan.
Prioritas utama pengangkutan barang di Jawa untuk pengangkutan kontainer, peti kemas, BBM, semen, dan batubara. Sedangkan untuk di Sumatera Utara khusus untuk pengangkutan CPO dan BBM. Sumatera Barat khusus semen, sedangkan Sumatera Selatan untuk batubara, BBM, klinker, dan pulp. Dengan prioritas ini, target pada tahun 2016 pengangkutan jasa kereta api barang akan jauh lebih besar bila dibandingkan penumpang, yaitu angkutan penumpang 40%, dan angkutan barang 60%.
Seperti halnya buah yang ranum, potensi angkutan barang memang menggiurkan. Jika berani berinvestasi dan mengambil risiko, maka hasilnya pun akan maksimal. Pasalnya, investasi dalam pengadaan angkutan khusus barang ini memang tidak main-main, sangatlah mahal. Namun, dengan tekad dan semangat yang kuat untuk kemajuan pendapatan KAI, maka hal itu tentu bukanlah sesuatu yang mustahil. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar