PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penyelenggara jasa angkutan
kereta api di Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan dimana-mana.
Apalagi kalau bukan karena berbagai perubahan yang dilakukan di ranah
internalnya. Dimulai lewat berbagai inovasi dan pengembangan berbagai
usahanya, PT KAI telah menorehkan berbagai prestasi dan penghargaan atas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Angkutan penumpang yang merupakan salah satu
core business
PT KAI, menjadi salah satu sorotan masyarakat. Pasalnya, PT KAI telah
berhasil mendisiplinkan masyarakat dalam bertransportasi kereta api, dan
yang terpenting, telah berhasil ‘memanusiakan penumpang’. Dulu, kedua
poin penting ini sangat sulit dicapai oleh PT KAI. Namun kini, melalui
berbagai kebijakan terbaru, seperti sistem
boarding, larangan
merokok di dalam stasiun dan kereta api, serta ketentuan kapasitas 100%
penumpang, telah mengubah deskripsi buruk perihal perkeretaapian di
Indonesia. Namun, apakah bisnis PT KAI hanya seputar angkutan penumpang
saja? Tentu saja tidak. Banyak potensi bisnis lain yang saat ini tengah
mulai ‘digodok’ PT KAI agar kuantitas dan kualitasnya tidak kalah dengan
bisnis angkutan penumpang.
Ya, setelah berhasil ‘merombak’ bisnis angkutan penumpang, khususnya
angkutan kereta api jarak jauh, PT KAI kini mulai beralih untuk
‘merombak’ bisnis lain, yang salah satunya adalah angkutan barang. Siapa
yang menyangka bahwa ternyata potensi angkutan barang ini sangat
menggiurkan ketimbang angkutan penumpang. Selain karena kapasitas
angkutnya yang lebih besar, angkutan barang juga memiliki pelanggan
tersendiri yang setiap harinya sangat mengandalkan transportasi si ular
besi ini.
Lantas, seperti apakah kondisi angkutan barang di PT KAI saat ini?
Potensi angkutan barang di PT KAI mulai dibangkitkan pada tahun 2009.
Meski pada mulanya terdapat keraguan dan ketidakyakinan akan potensi
angkutan barang, namun usaha untuk membangkitkan kembali sumber
penghasilan PT KAI yang utama tersebut tetap dilakukan. Sebelum tahun
2009, saking lesunya kegiatan angkutan barang, hampir 3000 gerbong dan
100 lokomotif sudah dirucat dalam kurun waktu tahun 1998 hingga 2008,
atau kurang lebih selama sepuluh tahun. Selain itu, emplasemen bongkar
muat pun digunakan untuk kebutuhan lain selain angkutan barang. Yang
lebih menyedihkan, kala itu PT KAI bahkan kurang memiliki kemampuan
dalam mencari potensi angkutan barang, terlebih lagi dalam mencari
pelanggan tetap angkutan barang.
Berdasarkan data, di tahun 2009 angkutan kontainer di Jawa hanya
sekitar 500 Teus per minggu dan angkutan batubara sekitar 8-9 juta ton,
di samping barang hantaran yang sangat rendah tarifnya. Total pendapatan
angkutan barang saat itu hanya sekitar Rp. 1,6 Triliun.
Mulai saat itulah PT KAI mulai berinvestasi untuk membangkitkan dan
memajukan usaha angkutan barang, yang salah satunya dengan pengadaan
ratusan gerbong dan puluhan lokomotif serta pengembangan emplasemen
bongkar muat barang. Setelah empat tahun berlalu, angkutan batubara di
Divre 3 Sumatera Selatan sudah memiliki dua pelanggan swasta dan
perusahaan batubara ternama, PT Bukit Asam, dengan total angkutan
batubara tahun lalu sekitar 13-14 juta ton dan angkutan kontainer
sekitar 3000 Teus. Selain itu, angkutan untuk barang hantaran pun naik
hampir 25%, sehingga total pendapatan angkutan barang lebih dari Rp. 3
Triliun.
Setelah mulai menuai keberhasilan dalam bisnis angkutan barang
tersebut, di tahun 2014/2015, PT KAI menargetkan total angkutan barang
mencapai 25 juta ton, angkutan kontainer 6000 Teus per minggu, serta
barang hantaran ditargetkan tumbuh sekitar 30% per tahun. Dan
diharapkan, pendapatan dari angkutan barang tersebut mencapai Rp. 6
Triliun jika semua target tadi tercapai.
Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan mengatakan, “Tentunya semua
mentalitas yang takut akan investasi sarana dan prasarana harus
ditinggalkan.” Pernyataan tersebut tentu benar adanya. Jika menginginkan
suatu perubahan untuk meningkatkan kualitas angkutan barang, rasa takut
untuk berinvestasi harus disingkirkan. Justru sikap berani mengambil
risiko dan mengupayakan segala macam usaha untuk mencapai keberhasilan
dalam angkutan barang menjadi modal penting.
Terbukti, kini sumber pendapatan PT KAI yang utama justru berasal
dari angkutan barang, bukan angkutan penumpang. Tengok saja bagaimana
usaha yang dilakukan di PT KAI Divisi Regional (Divre) 3 Sumatera
Selatan –yang menjadi daerah utama bisnis angkutan batubara- dalam
meningkatkan pendapatan dari bisnis angkutan tersebut. Berbagai sarana
dan prasarana kini tengah dibangun untuk mendukung peningkatan volume
angkutan barang tersebut.
Ada lagi rencana lain dalam mengoptimalkan pendapatan dari angkutan
barang yaitu angkutan hewan ternak. Bedanya, angkutan hewan ternak ini
akan diselenggarakan di Pulau Jawa. Nantinya, kereta akan didesain
sedemikian rupa untuk mengangkut hewan ternak seperti sapi dan kambing
dari sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, untuk dipasok ke
daerah di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Namun, hingga kini belum ada
kepastian mengenai rencana pengadaan kereta pengangkut jewan ternak ini.
Jika rencana tersebut benar-benar terealisasi, maka hal itu bisa
menjadi tambahan pendapatan baru bagi PT KAI.
Ada lagi inovasi angkutan barang lain yang akan segera dilakukan oleh
PT KAI, yaitu angkutan sepeda motor. Angkutan ini akan mulai dilakukan
pada musim Angkutan Lebaran 2013 mendatang. Pada pelaksanaannya,
angkutan sepeda motor akan mendapat PSO (
Public Service Obligation)
dari pemerintah senilai Rp. 172,648 miliar. Usulan PSO tersebut sudah
disetujui oleh DPR pada November 2012 lalu. Diperkirakan, kemampuan
kereta api untuk mengangkut sepeda motor pada masa angkutan Lebaran
tahun 2013 itu mencapai 300.000 unit. Dengan ongkos hingga Rp. 280.000
per unit sepeda motor, pemudik selama ini enggan mengangkut sepeda
motornya menggunakan kereta api karena dinilai terlalu mahal. Namun jika
dengan PSO, paling tidak ongkos angkut sepeda motor tersebut menjadi
Rp. 50.000 per unit.
Angkutan barang pada tahun 2013 ini memang akan menjadi prioritas
kerja dalam operasi kereta api. Hal ini pun diamini pula oleh pemerintah
yang dalam hal ini Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Pemerintah berharap pengangkutan barang melalui sarana kereta api
menjadi prioritas utama. Bahkan dalam rencana Grafik Perjalanan Kereta
Api (Gapeka) 2013 hal itu mulai dirintis dengan menambah KA khusus
barang. “Kita sedang menyusun untuk mengubah haluan dan kita akan fokus
ke angkutan barang,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Hanggoro Budi Wiryawan.
Dalam Gapeka 2013 tersebut ada penambahan 49 KA khusus untuk barang,
dengan lalu lintas operasi KA barang di lintas utara sebanyak 42
perjalananan. Sebelumnya, pada Gapeka 2011, lalu lintas angkutan barang
di lintas utara hanya 20 perjalanan.
Prioritas utama pengangkutan barang di Jawa untuk pengangkutan
kontainer, peti kemas, BBM, semen, dan batubara. Sedangkan untuk di
Sumatera Utara khusus untuk pengangkutan CPO dan BBM. Sumatera Barat
khusus semen, sedangkan Sumatera Selatan untuk batubara, BBM, klinker,
dan pulp. Dengan prioritas ini, target pada tahun 2016 pengangkutan jasa
kereta api barang akan jauh lebih besar bila dibandingkan penumpang,
yaitu angkutan penumpang 40%, dan angkutan barang 60%.
Seperti halnya buah yang ranum, potensi angkutan barang memang
menggiurkan. Jika berani berinvestasi dan mengambil risiko, maka
hasilnya pun akan maksimal. Pasalnya, investasi dalam pengadaan angkutan
khusus barang ini memang tidak main-main, sangatlah mahal. Namun,
dengan tekad dan semangat yang kuat untuk kemajuan pendapatan KAI, maka
hal itu tentu bukanlah sesuatu yang mustahil.